=== RS Hermina Podomoro Sunter kini sudah Pindah Ke Hermina Tower Kemayoran === Pendaftaran Via whatsapp di 0865 9415 5353 atau telpon ke +62 21 22608046

Dec 17, 2015

Antara Go-Jek, Grab Bike dan Layanan Pemesanan Transportasi Motor Jakarta

Menelaah Kompetisi Layanan Pemesanan Transportasi Motor Jakarta

Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan sebagai ibukota semakin lama semakin berkembang. Hal ini didukung oleh pergerakan ekonomi yang makin maju serta pertambahan penduduk baik dari warga daerah yang ingin bekerja di Jakarta ataupun pertumbuhan dari warga jakarta itu sendiri. baik secara disadari atau tidak, inilah yang menyebabkan Jakarta semakin ramai dan padat. Hal ini juga terlihat jelas pada saat jam kerja terutama di jalan raya. Banyaknya kendaraan yang membantu untuk mengantarkan warga dari satu tempat ke tempat lainpun semakin meningkat sehingga menimbulkan kemacetan yang semakin hari semakin menjadi. 

Keinginan untuk menembus macetnya kota Jakarta dengan cepat dan murah sudah barang tentu menjadi kebutuhan utama bagi warga Jakarta. Karena itulah diperlukan layanan transportasi publik dengan tingkat manuver yang tinggi. Menurut Kiki Rizky selaku Head of Marketing dari GrabTaxi, kota-kota besar di Asia Tenggara memiliki perilaku yang berbeda dalam urusan transportasi. Riset internal dari GrabTaxi menilai layanan semacam ojek adalah salah satu yang tepat di kota Jakarta. Konsep awalnya dilontarkan oleh rekan-rekan Antar.id (sebelumnya bernama Indojek), namun sayangnya, Go-Jek berhasil mengeksekusi ide mereka terlebih dahulu dalam sebuah layanan ojek berbasis aplikasi mobile untuk Ibukota DKI Jakarta. Lantas, yang mana yang lebih favorit? 

Antara Go-Jek dan Grab Bike 

Metode Pemesanan

Go-Jek memiliki pondasi yang kuat sebagai layanan pemesan ojek bertahun-tahun sebelumnya. Setelah peluncuran aplikasinya, distribusi pemesanan menjadi real-time dan merata, memotong metode konvensional mereka melalui SMS atau telepon. Go-Jek mematok harga sebesar Rp 25 ribu di enam kilometer pertama, dan Rp 4 ribu di tiap satu kilometer selanjutnya. Pula GrabBike mematok harga Rp 25 ribu, namun di lima kilometer pertama.

Singkatnya, kedua belah pihak memiliki harga yang kompetitif. Memiliki metode pemesanan singkat yang hanya membutuhkan beberapa sentuhan saja.

Metode Pembayaran

Antara Go-Jek dan GrabBike, keduanya menawarkan pembayaran cash. Sebagai alternatif, Go-Jek menawarkan Go-Jek Credit yang dapat digunakan ketika pelanggan sedang kehabisan uang tunai. Di lain pihak, GrabBike belum menerapkan cashless payment di Indonesia. Metode cashless memang belum terlalu mainstream di kalangan konsumen di Indonesia, namun pada kenyataannya pembayaran cashless menjamin keamanan dan juga kenyamanan konsumen yang tidak perlu membawa uang tunai berlebih.

Jumlah Armada

Seperti yang telah saya ungkap sebelumnya, Go-Jek telah memiliki armada yang cukup besar jauh sebelum aplikasi mereka diluncurkan dan jumlah tersebut melonjak dengan cukup signifikan meski pihaknya enggan memberikan jumlah pasti.

Sedangkan dalam hari peluncurannya, GrabBike telah memiliki nyaris dari 1000 armada yang terdaftar. Untuk menggaet lebih banyak driver, GrabBike menawarkan presentase pembagian ongkos sebesar 90-10. Lebih menguntungkan daripada driver Go-Jek yang memiliki presentase sebesar 80-20.

User Experience

Aplikasi Go-Jek menampilkan nama dan foto dari driver yang akan menjemput ke pelanggan, serta peta yang yang menunjukkan posisi terkini dari driver meski terkadang kurang tepat.

Sementara GrabBike tidak membutuhkan aplikasi tambahan jika sebelumnya pengguna telah memiliki aplikasi GrabTaxi. Bahkan tanpa melakukan pembaruan aplikasi, pengguna dapat langsung memesan di platform yang sama. GrabBike mungkin hanya menampilkan plat nomor driver, tapi tampilan map dan venue yang tersedia disajikan dengan presisi yang baik.

Jenis Layanan

Sejauh ini, transportasi ojek yang ditawarkan GrabBike masih terbatas di sekitar Kuningan-Setiabudi. Tidak ada layanan lain yang dijalankan, meski ada potensi mengarah ke sana. Berbeda dengan Go-Jek yang mampu menerima pembelian makanan (Go-Food), antar dokumen, dan belanja. Dalam kasus ini, Go-Jek menang telak.

Potensi

GrabBike yang dinaungi di bawah GrabTaxi jelas memiliki lebih banyak sumber daya dan pengalaman yang lebih mumpuni. Menarik melihat pendekatan yang dilakukan pihaknya untuk menawarkan keamanan dan kenyamanan dalam bentuk yang jauh lebih baik daripada kompetitor dengan menjanjikan asuransi bagi driver juga penumpang. Sementara Go-Jek kesulitan berurusan dengan rush hour di ibukota, sangat baik jika GrabBike mampu memanfaatkan momentum ini dengan melakukan ekspansi di luar Kuningan-Setiabudi dengan secepat-cepatnya. Sangat mungkin jika GrabBike mampu melayani seluruh wilayah DKI Jakarta beserta implementasi dari jasa lain dalam waktu beberapa bulan saja. Namun jika keduanya tidak terus berinovasi tidak heran jika kue mereka akan turut dicaplok kompetitor lain, contohnya HandyMantis jika mereka telah memiliki mobile apps, dan Antar.id yang kini masih disempurnakan.

Yang jelas harga yang kompetitif, dan pelayanan menjadi parameter utama

No comments:

Post a Comment