KOMPAS.com - Direktur Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit menyatakan, properti merupakan bisnis dengan risiko paling rendah.
"Bila dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, macam reksadana, bonds, deposito, dan saham, properti memiliki risiko paling rendah," ujar Panangian saat paparan Property Outlook 2016, di Bekasi, Minggu (31/1/2016).
Lebih jauh Panangian menjelaskan, ada lima risiko investasi yang timbul dan harus dihadapi calon investor jika ingin membenamkan dananya di instrumen-instrumen investasi populer.
Lima risiko investasi tersebut adalah risiko bisnis (business risk), risiko suku bunga (interest risk), risiko inflasi (inflation risk), risiko likuiditas (liquidity risk), dan risiko pasar (market risk).
Untuk risiko bisnis, kata Panangian, bersama deposito, properti paling rendah. Ini lantaran harga properti cenderung terus naik.
Kalaupun harganya terkoreksi, volatilitasnya tidak akan sedinamis instrumen investasi reksadana, dan saham.
Sedangkan interest risk, risiko pada reksadana dan saham paling tinggi. Sebaliknya, deposito dan properti justru paling rendah.
"Demikian halnya risiko pada inflasi, dan pasar, properti paling rendah. Sementara deposito sangat tinggi risiko tergerus inflasi, juga saham. Satu-satunya risiko yang cukup berat buat properti, tak bisa dijual cepat (liquidity risk)," sebut Panangian.
Pertumbuhan investasi properti per tahun, tambah dia, bisa mencapai 15 persen hingga 20 persen. Sedangkan deposito hanya 6 persen sampai 7 persen, reksadana 10-12 persen, dan saham 15 persen.
Hanya, kata Panangian, sebelum calon investor terpincut menanamkan dananya di sektor properti, harus memperhatikan empat hal utama.
Keempat hal tersebut adalah, lokasi properti yang diincar harus strategis dengan akses mudah dijangkau dari berbagai arah.
Kedua, properti tersebut dikembangkan oleh developer tepercaya dengan komitmen tinggi dan rekam jejak positif.
Ketiga, harga jual. Belilah properti saat harga jualnya rendah alias pada saat penawaran perdana.
Keempat, cermati dan ikuti progres pembangunannya. Semakin maju pekerjaan konstruksinya, akan semakin laju pertumbuhan nilai investasi yang ditanamkan.
"Bila dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, macam reksadana, bonds, deposito, dan saham, properti memiliki risiko paling rendah," ujar Panangian saat paparan Property Outlook 2016, di Bekasi, Minggu (31/1/2016).
Lebih jauh Panangian menjelaskan, ada lima risiko investasi yang timbul dan harus dihadapi calon investor jika ingin membenamkan dananya di instrumen-instrumen investasi populer.
Lima risiko investasi tersebut adalah risiko bisnis (business risk), risiko suku bunga (interest risk), risiko inflasi (inflation risk), risiko likuiditas (liquidity risk), dan risiko pasar (market risk).
Untuk risiko bisnis, kata Panangian, bersama deposito, properti paling rendah. Ini lantaran harga properti cenderung terus naik.
Kalaupun harganya terkoreksi, volatilitasnya tidak akan sedinamis instrumen investasi reksadana, dan saham.
Sedangkan interest risk, risiko pada reksadana dan saham paling tinggi. Sebaliknya, deposito dan properti justru paling rendah.
"Demikian halnya risiko pada inflasi, dan pasar, properti paling rendah. Sementara deposito sangat tinggi risiko tergerus inflasi, juga saham. Satu-satunya risiko yang cukup berat buat properti, tak bisa dijual cepat (liquidity risk)," sebut Panangian.
Pertumbuhan investasi properti per tahun, tambah dia, bisa mencapai 15 persen hingga 20 persen. Sedangkan deposito hanya 6 persen sampai 7 persen, reksadana 10-12 persen, dan saham 15 persen.
Hanya, kata Panangian, sebelum calon investor terpincut menanamkan dananya di sektor properti, harus memperhatikan empat hal utama.
Keempat hal tersebut adalah, lokasi properti yang diincar harus strategis dengan akses mudah dijangkau dari berbagai arah.
Kedua, properti tersebut dikembangkan oleh developer tepercaya dengan komitmen tinggi dan rekam jejak positif.
Ketiga, harga jual. Belilah properti saat harga jualnya rendah alias pada saat penawaran perdana.
Keempat, cermati dan ikuti progres pembangunannya. Semakin maju pekerjaan konstruksinya, akan semakin laju pertumbuhan nilai investasi yang ditanamkan.
No comments:
Post a Comment