Tarip sewa ruang kantor di gedung baru tidak harus mahal. Di bilangan Jakarta Pusat, di kawasan elit sekalipun , jika anda pintar dalam melakukan negosiasi, bisa jadi anda akan mendapatkan gedung baru seharga gedung lama.
Tidak selamanya tren penurunan bisnis properti selalu merugikan. Disatu sisi mungkin saja terjadi tapi disisi lain, justru hal ini membawa keuntungan bagi sebagian pihak. Sepanjang tahun 2015 hingga memasuki akhir tahun, di Jakarta Pusat, tren penurunan tarip sewa ruang kantor properti jelas terlihat.
Bagaimanakah komentar para penggelut bisnis properti terutama untuk sektor perkantoran? Benarkah terdapat beberapa gedung baru dengan tarip lama?
Perkantoran, Gedung Baru Tarip Lama |
“Sepanjang 2015, terjadi penurunan harga properti hingga mencapai 20-25% dibanding tahun 2014,” begitu Fahmi Lubis, Member Broker Era Multi menggambarkan kondisi sewa ruang kantor di tahun 2015. Satu contoh dari penurunan itu terjadi pada properti tanah. Yang semula harga pasaran tanah di Kramat IV bisa mencapai Rp25juta/m2 (2014). Justru di tahun 2015 dipasarkan dengan harga Rp20juta/m2 pun masih agak sulit. Hal senada disampaikan oleh Purmadi, Marketing RayWhite Menteng. Menurutnya penurunan yang terjadi sepanjang tahun 2015 memang lebih banyak ke properti jenis rumah seken atau perkantoran dan ruko.
Sementara menyangkut prosentase penurunannya sendiri berkisar di angka 10-15%. Itulah kenapa, saat ini harga pasar properti di bilangan Menteng berkisar antara Rp60 – 100 juta/m2 sedang untuk Tanah Abang/ Kebun Kacang berada di kisaran harga Rp60 – 80juta/m2.
Sekalipun terjadi penurunan harga properti di sepanjang tahun 2015, keduanya sepakat bahwa di tahun 2016 mendatang kondisinya mulai membaik. Sektor perkantoran yang ada di bilangan Non CBD justru naik. Hal itu terjadi karena dua hal, pertama melihat bahwa saat ini bisnis yang berkembang khususnya sewa perkantoran akan mengarah pada model communitas base dan faktor perpindahan tenant perkantoran dari gedung – gedung dibilangan CBD ke Non CBD akibat tren kenaikan harga dollar yang berimbas ke harga sewa kantor di bilangan CBD.
Secara umum untuk bisnis perkantoran di bilangan Jakarta Pusat menurut Harvey Krisnadi, Marketing CB Commercial, suplaynya naik namun tarip sewanya menurun. Sepanjang tahun 2015 supply gedung perkantoran naik sekitar 30% dibanding tahun 2014. Namun sebaliknya justru tren harga sewanya mengalami penurunan sekitar 10-15% dibanding tahun 2014. Sehingga karena faktor itulah wajar jika pada akhirnya gedung–gedung baru sekalipun penawarannya dengan harga yang cukup tinggi, namun pada saat penutupan harga bisa jadi justru harganya sama dengan price list gedung lama.
Banyak faktor yang menyebabkan gedung baru terpaksa harus melakukan hal seperti tadi. Seperti yang dijelaskan oleh Harvey, pertama karena gedung itu harus minimal terisi 50% occupancy nya agar bisa save dalam menyikapi cost operational bulanannya, kedua agar bisa menjadi satu daya tarik juga bagi tenant yang lain bahwa brand “ X “ saja berkantor di gedung itu. Maka kondisi itu bisa menjadi satu pertimbangan kenapa pada akhirnya gedung baru bisa menerapkan harga sewa yang tidak jauh beda atau mungkin sama dengan gedung lama.
Di tahun 2015 banyak gedung baru yang masuk di kawasan Gatot Subroto hingga Sudirman, maka bisa jadi kondisi ini akan terus terjadi pada tahun 2016. Yang pasti saat ini untuk bisnis perkantoran terjadi pergeseran model bisnis yang ada. Jika tahun 2013 masih bersifat land lord market, maka tahun 2015 mulai mengarah pada model tenant market, artinya tenant akan memiliki posisi tawar yang baik dalam bisnis sewa gedung perkantoran.
Sumber : http://www.propertynbank.com/perkantoran-gedung-baru-tarip-lama/
No comments:
Post a Comment