Wajah transportasi Jakarta akan berubah menjelang penyelenggaraan Asian Games 2018 mendatang. Transportasi massal cepat (MRT) jurusan Lebak Bulus-Bundaran HI diharapkan sudah terwujud. Light rail transit rute Cibubur-Cawang-Grogol yang dibangun konsorsium BUMN juga ditargetkan rampung pada 2018.
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) mendukung rencana pembangunan kereta api ringan (LRT) di Jakarta. Dari tujuh rute yang direncanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dua rute diprioritaskan dan ditargetkan rampung sebelum Asian Games 2018. Dua rute LRT itu adalah Kebayoran Lama-Kelapa Gading dan Kelapa Gading-Kemayoran-Pesing-Bandara Soekarno-Hatta.
Kabar ini menggembirakan dan membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi massal berbasis rel menjadi perhatian serius pemerintahan Jokowi. Presiden meminta agar pembangunan MRT dan LRT dilanjutkan ke rute Cikarang-Balaraja (timur-barat) sehingga wilayah Jabodetabek saling terhubung dengan moda transportasi massal secara mudah dan cepat.
Publik tentu berharap pembangunan MRT dan LRT di Jakarta betul-betul terwujud nyata karena publik sudah bosan dengan wacana dan janji yang disampaikan para pemimpin negeri ini.
Pembangunan infrastruktur MRT dan LRT memang sudah menjadi kebutuhan kota Jakarta. Pembangunan moda transportasi massal sebenarnya sudah direncanakan sejak lebih dari seperempat abad silam, sejak pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada periode reformasi terjadi transisi kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputri. Pada masa itu, publik bisa memaklumi jika pembangunan infrastruktur masih terabaikan. Mungkin saat itu para pemimpin masih dalam suasana euforia politik.
Namun, setelah itu? Harapan terbesar sebenarnya ada pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memimpin negeri ini selama dua periode. Akan tetapi, nyatanya selama 10 tahun kepemimpinan SBY pun tak ada perubahan berarti dalam pembangunan infrastruktur transportasi di ibu kota negara. Sementara pada saat bersamaan, industri otomotif terus berkembang pesat seiring pertumbuhan kelas menengah yang juga pesat.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menyebutkan, pada 2010, jumlah produksi mobil tercatat 702.508 unit, sedangkan pada 2013 menjadi 1.208.211 unit.
Adapun data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia menyebutkan, jumlah sepeda motor mencapai 8 juta unit. Data Kepolisian Daerah Metro Jaya menunjukkan, jumlah kendaraan bermotor di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok sampai 2013 tercatat 16,1 juta unit. Dari jumlah itu, 12 juta unit merupakan kendaraan roda dua dan 4,1 juta unit kendaraan roda empat.
Karena itu, tidak mengherankan jika hampir setiap hari kemacetan di Jakarta semakin menggila. Pertambahan jumlah mobil dan sepeda motor seperti deret ukur, rata-rata 11,2 persen per tahun. Sementara pertumbuhan jalan di Jakarta seperti deret hitung, rata-rata hanya 0,01 persen per tahun.
Padahal, dengan jumlah penduduk sekitar 12 juta jiwa, Jakarta membutuhkan jalan sepanjang 12.000 kilometer (km). Panjang jalan yang tersedia hanya 60 persen atau 7.208 km. Berapa banyak kerugian akibat kemacetan lalu lintas yang semakin menjadi-jadi? Berapa banyak bahan bakar minyak yang dibuang sia-sia akibat kemacetan yang semakin menggila?
Betapa pemerintahan kita dari waktu ke waktu tidak peduli pada pembangunan infrastruktur transportasi di Ibu Kota dan wilayah penyangganya. Wacana demi wacana dilontarkan, tetapi lebih dari 25 tahun tak ada wujudnya. Ini sungguh mengherankan. Apa yang salah pada pemimpin negeri ini sampai-sampai tak mampu merealisasikan rencana pembangunan?
Harapan terhadap Jokowi
Publik kini memiliki harapan besar terhadap Presiden Joko Widodo yang sudah mencanangkan prioritas pembangunan infrastruktur transportasi massal di Jakarta dan sekitarnya.
Ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi langsung mencanangkan pembangunan MRT rute Lebak Bulus-Kota yang sudah tertunda-tunda lebih dari 25 tahun. Setelah terpilih sebagai Presiden RI, Jokowi menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan pembangunan MRT tepat waktu.
Semua hambatan diselesaikan satu per satu. Mulai 14 April ini, stasiun layang (elevated) dan depo MRT di Lebak Bulus akan dibangun. Sejak Maret dilakukan pembuatan fondasi bored pile jalur layang MRT di Jalan Fatmawati, Jalan Panglima Polim, dan Blok M di Jakarta Selatan.
Proyek MRT Lebak Bulus-Kota ini dibangun dua tahap. Saat ini sedang diselesaikan tahap pertama dari Lebak Bulus menuju Bundaran HI sepanjang 15,7 km. Jalur yang memiliki tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah ini ditargetkan beroperasi pada 2018, menjelang penyelenggaraan Asian Games 2018, ketika Jakarta menjadi tuan rumahnya.
Proyek MRT tahap kedua akan dilanjutkan dari Bundaran HI menuju Kampung Bandan sepanjang 8,1 km dan ditargetkan beroperasi pada 2020. Dalam rencana jangka panjang, proyek MRT jalur timur-barat yang menghubungkan Cikarang-Balaraja masih dalam tahap studi kelayakan dan ditargetkan beroperasi pada 2024-2027.
Rencana MRT Jakarta ini dipublikasikan secara rinci dan luas melalui situs web sehingga masyarakat dapat memantaunya setiap saat. Masyarakat pengguna jalan di Jakarta tampaknya mulai memahami kondisi ini. Biarlah "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian".
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak berdiam diri. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berinisiatif membangun tujuh rute LRT di seputar Jakarta.
Dua rute diprioritaskan dibangun segera dan diselesaikan menjelang Asian Games 2018, yaitu rute Kebayoran Lama-Kelapa Gading sepanjang 21,6 km dan rute Kelapa Gading-Kemayoran-Pesing-Bandara Soekarno-Hatta sepanjang 18,5 km. Dua proyek LRT ini bernilai Rp 25 triliun.
Lima rute LRT Jakarta lain adalah Tanah Abang-Pulomas (17,6 km), Joglo-Tanah Abang (11 km), Puri Kembangan-Tanah Abang (9,3 km), Pesing-Kelapa Gading (20,7 km), dan Cempaka Putih-Ancol (10 km).
Basuki menjamin pembangunan LRT di Jakarta tidak akan terbengkalai karena dibangun pemerintah. Nilai investasi LRT sekitar 250 miliar per km. Ini berbeda dengan rencana pembangunan monorel Jakarta yang tak jelas hitung-hitungan dan modalnya.
Kabar dari Presiden Jokowi dan Gubernur Basuki ini menggembirakan warga Jakarta dan Bodetabek. Setidaknya ada harapan kemacetan lalu lintas di Jabodetabek akan terkurangi minimal 30 persen.
Hal lain yang terpenting, setelah MRT dan LRT terwujud, pengguna jalan memiliki banyak alternatif untuk bepergian. Warga di beberapa wilayah Bodetabek sudah menikmati perjalanan kereta rel listrik commuter line yang saat ini pelayanannya makin membaik dengan stasiun-stasiun yang terus dipercantik. Tiga tahun dari sekarang, warga Jabodetabek juga akan menikmati perjalanan MRT dan LRT.
Jika semua rencana ini terwujud, kepercayaan publik terhadap Jokowi dan Basuki akan menguat. Mereka pemimpin negeri yang mampu mewujudkan Jakarta, ibu kota negara ini, sejajar dengan kota-kota besar lain di dunia yang sudah lebih dulu memiliki transportasi massal yang nyaman dan aman. Publik menunggu realisasi janji ini.
Source :http://print.kompas.com/baca/2015/04/14/Menunggu-Janji-MRT-dan-LRT-di-Jabodetabek-Terwujud